Jumat, 15 Juni 2012

TOT BNPT: Menebar Adu Domba






BNPT tak berani face-to-face dengan kelompok yang  selama ini diasosiasikan radikal dan fundamentalis bahkan yang sudah dalam justifikasi sebagai kelompok teroris versi Amerika.
Program deradikalisasi terus bergulir. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akhir bulan 25-27 April lalu menyelenggarakan training of trainer (TOT) bekerja sama dengan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Kegiatan ini melibatkan 45 peserta mewakili beberapa elemen ormas dan pesantren.

Acara yang berlangsung sebuah hotel di Mojokerto, Jawa Timur itu diikuti peserta dari Surabaya, Mojokerto, Lamongan, Madura, Nganjuk dan Ponorogo. Semua biaya ditanggung panitia, baik transportasi maupun akomodasi. Mereka pun mendapat sertifikat TOT Anti Radikalisme dan Terorisme setelah dinyatakan lulus.

Itu bukan yang pertama kalinya BNPT mengadakan kegiatan seperti itu. Di Jawa Timur BNPT juga pernah mengadakan  acara serupa dalam tajuk Halqoh Nasional Penangulangan Terorisme  yang dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember 2010, bertempat di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Tak kurang dari 100 orang dari berbagai ormas Islam se-Jatim dan pengurus MUI Gerbangkertosusilo, memenuhi undangan acara tersebut.

Acara ini merupakan rangkaian acara serupa yang diselenggarakan di 6 kota besar Indonesia, meliputi Jakarta, Medan, Solo, Bandung, Surabaya dan Makasar. Begitu juga TOT BNPT kali ini adalah suatu rangkaian acara yang digagas langsung oleh BNPT melalui koordinasi langsung oleh Presiden Republik Indonesia dan diadakan serentak di beberapa kota diseluruh Indonesia.

Sebelumnya, TOT digelar BNPT di Solo pada 29-31 Maret. BNPT menggandeng Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (LPPSDM), dengan tajuk "Training Of Trainer (TOT) Anti Radikalisme dan Terorisme, Dalam Rangka Penangkalan Radikalisme dan Terorisme”. Seminar tiga hari di Hotel Sahid Kusuma Solo ini dibuka oleh Deputi Kepala BNPT Mayjen Agus Surya Bakti pada Kamis (29/03) dan ditutup hari Sabtu (31/03) oleh pendiri Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdala.

Menurut pengamatan Media Umat di lapangam, TOT BNPT  tersebut tidak lain hanyalah propaganda proyek  deradikalisasi bagi umat Islam yang sangat merugikan. Bagaimana tidak,  isinya adu domba antara umat Islam melalui dikotomi Islam moderat dengan Islam radikal yang tidak pernah ada dalam khazanah Islam. Sebagaimana acara-acara BNPT dalam roadshow sebelumnya, umumnya peserta hadir tanpa memaham tujuan acara tersebut utuh bahkan terkesan pragmatis.

Melihat format acaranya,  TOT akan menyasar kaum Muslim secara lebih luas. Ini berarti semacam sosialisasi sistemik dan massif kepada kaum Muslim agar kaum Muslimin secara luas ikut mendukung program deradikalisasi ala BNPT. Ini yang benar-benar membahayakan kaum muslim karena terbentuknya pemahaman yang salah khususnya dalam hal deradikalisasi.

Humas DPD HTI Jatim, Muh Usman menyatakan, menolak proyek BNPT dengan beberapa alasan. Pertama, sesungguhnya proyek itu adalah bagian dari strategi Global War on Terrorism (GWOT) yang dikomandani oleh Amerika Serikat sebagai respon dari ketakutan Barat atas bangkitnya Islam sebagai ideologi dunia yang mengganti kapitalisme dan liberalisme.

Kedua, lanjutnya, subtansi proyek itu sarat dengan nuansa adu domba antara kaum Muslimin. Sedangkan yang ketiga, hanya akan merealisasikan monsterisasi Islam sebagai ekspresi terhadap Islamphobia Barat. Dan keempat, “Proyek itu menjauhkan dari kebangkitan Islam secara hakiki dan komprehensif sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah dan menjadi kewajiban kaum Muslimin tentang datanggnya Nasrullah dengan tegaknya syariah dan khilafah,” urainya.

Langkah BNPT ini tidak ubahnya seperti pepatah Jawa “nabok rai nyilih tangan” (Menampar muka orang  dengan meminjam tangan orang lain). Kenapa demikian?
Menurut pemerhati Kontra-Terorisme Harist Abu Ulya dari acara TOT terlihat secara sengaja BNPT dan panitia yang menjadi patnernya menghindari face to face dengan komponen yang  selama ini diasosiasikan radikal dan fundamentalis bahkan yang sudah dalam justifikasi sebagai kelompok teroris versi Amerika.
“Memasukkan kelompok JAT dan lainya hanya berdasarkan informasi dan data-data sekunder dari opini dan propaganda media. Terlihat mereka cenderung menfitnah banyak kelompok dan person. Jadi acara TOT tidak lebih sebagai upaya mengadu domba tokoh-tokoh masyarakat dan key person lainnya dengan elemen umat Islam lainya, tanpa disadari oleh peserta bahwa ada kepentingan untuk penguatan liberalisasi umat Islam di Indonesia adalah target yang hendak diraih oleh BNPT,” jelasnya pada Media Umat.

Dan terlihat argumentasi-argumentasi BNPT banyak yang sumir untuk membungkus langkah-langkah pembungkaman gerakan yang menghendaki formalisasi syariah dalam tatanan sosial politik Indonesia. Dan ini cara-cara yang manipulatif.[] badar/fatih


 

sumber: http://mediaumat.com/media-nasional/3816-82-tot-bnpt-menebar-adu-domba.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar