Rabu, 19 Desember 2012

Sepuluh Masalah Umat di 2012 Akibat Diterapkannya Kapitalisme




Mediaumat.com, Jakarta. Hizbut Tahrir Indonesia setidaknya mencatat sepuluh masalah yang terjadi selama 2012 akibat diterapkannya kapitalisme. Hal itu diungkap oleh Jubir dan para petinggi DPP HTI dalam acara Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) edisi 44: Catatan Refleksi Akhir Tahun 2012; Kapitalisme Pangkal Bencana Khilafah Solusinya,Sabtu (15/12) di Wisma Antara, Jakarta.
Pertama, kekayaan alam Indonesia masih dijarah asing. Pada tahun 2012 ini setidaknya ada tiga  kasus yang menjadi perhatian publik akibat kebijakan pemerintah yang pro asing tersebut, yakni: kasus Blok Siak di Riau yang akhirnya diminta dikelola oleh BUMD; kasus Blok Tangguh di Papua  yang ditukar dengan “Gelar Ksatria Salib” dan yang paling heboh kasus Blok Mahakam yang sampai menimbulkan ancaman “disintegrasi” dari masyarakat Kalimantan Timur untuk memisahkan diri dari Indonesia jika Blok Mahakam tetap diberikan kepada Asing.
Kedua, korupsi belum berhenti malah semakin menjadi. “Korupsi di Indonesia sudah merasuk ke semua lembaga dan semua sektor dari daerah hingga pusat. Dan paling dahsyat, korupsi di Indonesia dilakukan oleh negara,”jelasnya.
Ismail pun mengutip Laporan Transparenscy Internasional yang menyebutkan Indonesia termasuk negara paling korup di dunia dengan indeks naik dari peringkat 100 menjadi 118. “‘Prestasi’ ini menjadikan Indonesia 2012 menempati ranking satu paling korup se-Asia Tenggara,” ungkapnya.
Ketiga, Kelamnya persoalan buruh. Keempat, potret buram penegakkan hukum. Meski reformasi telah berjalan lebih dari satu dasawarsa tidak memberikan perubahan berarti dalam penegakkan hukum. “Seperti masa-masa sebelumnya, hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas,” terangnya.

Sedangkan yang kelima, proses legislasi hanya merugikan rakyat.  “Undang-undang semestinya dibuat melindungi kepentingan rakyat dan merealisasikan rasa keadilan, tapi kenyataannya undang-undang justru berpotensi mengancam hak rakyat,” urainya.

Keenam,konflik horizontal marak terjadi tahun 2012 ditinjau dari pelakunya dan terjadi hampir semua strata sosial dan pendidikan. “Maraknya konflik horizontal menujukkan gagalnya konsep Bhinneka Tunggal Ika dan kerusakan sistem sekuler yang terbukti tidak mampu membentuk kohesi sosial,” paparnya.

Yang tidak kalah memprihatinkan menurut Ismail, catatan ketujuh, remaja nakal dan kriminal. Kenakalan remaja sudah melampaui batas, menjurus ke arah kriminal, tawuran, pornografi, seks bebas, pelacuran, ditambah aborsi, narkoba serta geng motor.

“Remaja nakal dan kriminal buah dari sistem pendidikan sekuler, materialistik, dan abai terhadap pemebntukan kepribadian karakter,” ungkapnya.

Delapan, isu terorisme dan deradikalisasi melalu program war on terrorism yang digagas AS makin meredup dan kehilangan relevansinya. Tapi, di level nasional program war on terrorism masih berjalan dan digerakkan oleh Densus 88 dan BNPT. “Tindakan Densus 88 dan BNPT menimbulkan antipasti karena dinilai melanggar HAM dan tindakan extra judicial killing,” ungkapnya.

Sembilan, penghinaan kepada Nabi terus terjadi. Film Innocence of Muslim menggambarkan Nabi tidak senonoh. “Sayangnya kepala negara negeri-negeri Muslim tidak berdaya. Dan jargon kebebasan berekspresi adalah ide absurd dan hipokrit,” terangnya.

Gejoka dunia Islam, menjadi catatan kesepuluh HTI. Arab Spring membawa gelombang perubahan. Dan perubahan ini mengkhawatirkan Amerika Serikat. Amerika berusaha agar kendali mereka atas wilayah timur tengah tidak lepas.
Barat tidak akan pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri Muslim membawa negaranya ke arah Islam. Mereka akan selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sekuler. “Demokrasi hanya kedok, kenyataan ini seharusnya memberikan peringatan umat Islam dan penguasa negeri Muslim agar tidak terkoptasi oleh kepentingan negara penjajah,” pungkasnya.[] Fatih Mujahid/Joy

Senin, 08 Oktober 2012

Membangun Kekuatan Politik Islam Dalam Kancah International


Hezbollah leader calls for international law against insulting Islam 

  • Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah gave a televised speech condemning anyone who supports the anti-Islam film 
  • Tony Blair: The film may be wrong and offensive but it's laughable in terms of film-making
In a move that could escalate tensions around the Arab world, the leader of the Hezbollah militant group called for protests against the movie and said the U.S. must be held accountable for the film.
In a televised speech, Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah pushed for the creation of an international law that would ban insults of Islam and other religions, citing similar laws that exist to prevent anti-Semitism.
His outrage stems from the anti-Islam film produced by a mysterious convict based in California, that has since sparked protests outside American embassies in the Middle East and across the globe.
Arguing for action: Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah pushed for the creation of an international law that would ban insults of Islam in wake of the offensive film that prompted global protests
Arguing for action: Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah pushed for the creation of an international law that would ban insults of Islam in wake of the offensive film that prompted global protests
'Those who should be held accountable, punished, prosecuted and boycotted are those directly responsible for this film and those who stand behind them and those who support and protect them, primarily the United States of America,' Mr Nasrallah said.
He called for protests on Monday, Wednesday, Friday, Saturday and Sunday, urging protesters to call on their leaders to express their anger too.
'We should not only express our anger at an American embassy here or there. We should tell our rulers in the Arab and Muslim world that it is "your responsibility in the first place" and since you officially represent the governments and states of the Muslim world you should impose on the United States, Europe and the whole world that our prophet, our Quran and our holy places and honor of our Prophet be respected,' he said. 
In Pakistan, police fired tear gas and water cannons at the protesters in Karachi after they broke through the barricade and reached the outer wall of the U.S. Consulate.
The protesters threw stones and bricks, prompting the police to beat back the crowd with their batons. The police and private security guards outside the consulate also fired in the air to disperse the crowd.
One protester was killed during the clash, said Ali Ahmar, spokesman for the Shiite Muslim group that organized the rally.
The protests were set off by a low-budget, crudely produced film called 'Innocence of Muslims', which portrays Muhammad as a fraud, a womanizer and a child molester. 
Tensions flare: Pakistani Shiite Muslim protesters throw stones toward the police as they attempt to reach the US consulate during a rally against an anti-Islam movie in Karachi
Tensions flare: Pakistani Shiite Muslim protesters throw stones toward the police as they attempt to reach the US consulate during a rally against an anti-Islam movie in Karachi
Emotions run high: Thousands of protesters shout slogans during a march in Lahore, Pakistan, against an anti-Islam film made in the U.S.
Emotions run high: Thousands of protesters shout slogans during a march in Lahore, Pakistan, against an anti-Islam film made in the U.S.
Call for action: Protesters in Lahore are demanding that the Pakistan government immediately end diplomatic relations with all Western countries and recall its envoys to protest the film
Call for action: Protesters in Lahore are demanding that the Pakistan government immediately end diplomatic relations with all Western countries and recall its envoys to protest the film

A 14-minute excerpt of the film, which is both in English and dubbed into Arabic, has been available on YouTube, although some countries have cut access to the site.
The violence began Tuesday when mainly Islamist protesters climbed the U.S. Embassy walls in the Egyptian capital of Cairo and tore down the American flag from a pole in the courtyard.
Chris Stevens, the U.S. ambassador to Libya, also was killed Tuesday along with three other Americans, as violent protesters stormed the consulate in Benghazi.
President Barack Obama has vowed that the attackers would be brought to justice but also stressed that the U.S. respects religious freedom.
The President's response was echoed by former Prime Minister Tony Blair, who called into BBC's Radio 4 Monday morning to discuss the continued violence.
Mr Blair, now Middle East envoy for the Quartet of powers, said: 'The film, it may be wrong and offensive but it is also laughable as a piece of film-making.
Urging understanding: Former Prime Minister Tony Blair said 'The film, it may be wrong and offensive but it is also laughable as a piece of film-making.'
Urging understanding: Former Prime Minister Tony Blair said 'The film, it may be wrong and offensive but it is also laughable as a piece of film-making.'
'What I am afraid is very dangerous and actually is wrong is the reaction to it.'
Mr Blair said such problems were an inevitable consequence of the Arab Spring that has overthrown repressive regimes in Libya and elsewhere.
'I just see a region that is in the process of huge transition. There is essentially a struggle between the forces of modernisation, who want an open society, a properly functioning economy, who recognise the 21st century is the 21st century, and then those of reaction based on a perverted view of religion, that want to pull the whole thing backwards,' he said.
'When you lift the lid off the repression what comes out are a whole lot of religious, ethnic, tribal influences that themselves have to be countered and moulded into something that is compatible with the modern world.'
Going global: The protests spread to Indonesia as American flags were burned outside of the U.S. embassy in Jakarta
Going global: The protests spread to Indonesia as American flags were burned outside of the U.S. embassy in Jakarta
Aiming for Americans: By protesting with English posters, these Pakistani students tried to get their point across to an international audience
Aiming for Americans: By protesting with English posters, these Pakistani students tried to get their point across to an international audience
Mr Blair said he had changed his view since his time in Number 10, when he used to avoid discussions about faith.
'What the politicians often want to do - for totally understandable reasons, I used to feel this myself - is religion is such a tricky subject for us that we want to stay away from it,' he said.
'But one element of resolving this is about a view of religion that is also open-minded and pluralistic.
'And what you actually require for democracy to function properly is a view of democracy in which religion has its place but where you have democracy-friendly religion as well as religion-friendly democracy.'
He added: 'In the end we need both the leadership within those countries and within Islam to stand up and say ‘look, there is a proper modern way of reconciling religious faith, democracy in society’, and we need ourselves from the outside to engage with this process of change in a way that’s constructive.'

Jumat, 05 Oktober 2012

They Besieged Us (Daftar Produk yang Mendukung Israel)



Jangan Melupakan Sejarah !

Do You Know???

1. THAT, when the Palestine Problem was created by Britain in 1917, more than 90% of the population of Palestine were Arabs? And that there were at that time no more than 56,000 Jews in Palestine?




2. THAT, more than half of the Jews living in Palestine at that time were recent immigrants, who had come to Palestine in the preceding decades in order to escape persecution in Europe? And that less than 5% of the population of Palestine were native Palestinian Jews?


3. THAT, the Arabs of Palestine at that time owned 97.5% of the land, while Jews (native Palestinians and recent immigrants together) owned only 2.5% of the land?



4. THAT, during the thirty years of British occupation and rule, the Zionists were able to purchase only 3.5% of the land of Palestine, in spite of the encouragement of the British Government? And that much of this land was transferred to Zionist bodies by the British Government directly, and was not sold by Arab owners?




5. THAT, therefore, when British passed the Palestine Problem to the United Nations in 1947, Zionists owned no more than 6% of the total land area of Palestine?




6. THAT, notwithstanding these facts, the General Assembly of the United Nations recommended that a "Jewish State" be established in Palestine? And that the Assembly granted that proposed "State" about 54% of the total area of the country?




7. THAT, Israel immediately occupied (and still occupies) 80.48% of the total land area of Palestine




8. THAT, this territorial expansion took place, for the most part, before 15 May 1948: i.e., before the formal end of the British forces from Palestine, before the entry of Arab armies to protect Palestinian Arabs, and before the Arab-Israeli war?




9. THAT, the 1947 recommendation of the General Assembly in favor of the creation of a "Jewish State" was outside the competence of the Assembly under the Charter of the United Nations?




10. THAT, all attempts by the Arab States and other Asian countries to have The Assembly submit the question of "constitutionality" of its recommendation to the International Court of Justice for an "advisory opinion" by the Court were rejected or ignored by the Assembly?




11. THAT, when the Assembly began to experience "second thoughts" over the matter and convened for its second special session in 1948, it failed to reaffirm the 1947 recommendation for the partition of Palestine-thus destroying whatever dubious legality that recommendation for the establishment of a "Jewish State" had?




12. THAT, that original 1947 recommendation to create a "Jewish State" in Palestine was approved, at the first vote, only by European, American and Australian States for every Asian State, and every African State (with the exception of the Union of South Africa) voted against it? And that, when the vote was cast in plenary session on 29 November 1947, urgent American pressures (which a member of the Truman cabinet described as "bordering onto scandal") had succeeded in prevailing only upon one African country (Liberia), both of which had special vulnerability to American pressures, to abandon there declared opposition? And that, in other words, the "Jewish State" was planted at the point-of-intersection of Asia and Africa without the free approval of any Middle Eastern, Asian or African country except that Union of South Africa, itself ruled by an alien minority?




13. THAT, Israel remained, ever since its inception, a total stranger in the emerging world of Afro-Asia; and that Israel has been refused admission to any inter-state conference of Asian, African, Afro-Asian, or Non-Aligned States ever held?




14. THAT, since the General Armistice Agreements were signed in 1949, Israel has maintained an aggressive policy of waging military attacks across the Armistice Demarcation Lines, repeatedly invading the territories of the neighboring Arab States and that Israel has been duly rebuked, censured, or condemned for these military attacks by the Security Council of the General Assembly of the United Nations on eleven occasions-five times by the Security Council and six times by the General Assembly?




15. THAT, no other country in the world, whether member of the United Nations or non-member has been so frequently condemned by the United Nations?




16. THAT, no Arab State has ever been condemned by any organ of the United Nations for military attacks upon Israel (or any other State)?




17. THAT, besides expelling the bulk of the Arab inhabitants of Palestine, and besides constantly attacking the neighboring Arab States, Israel has also consistently harassed the United Nations observers and other personnel stationed along the Armistice Demarcation Lines: It has assassinated the first United Nations Mediator and his military aide; it has detained some truce Observers; it has military occupied and illegally searched the Headquarters of United Nations personnel; and it has boycotted meetings of the Mixed Armistice Commissions?




18. THAT, Israel has additionally imposed a system of apartheid upon the Arabs who stayed in their homeland? More than 90% of these Arabs live in "security zones;" they alone live under martial law, restricting their freedom to travel from village to village or from town to town; their children are denied equal opportunities for education; and they are denied decent opportunities for work, and the right to receive "equal pay for equal work?"




19. THAT, notwithstanding the foregoing facts, Israel has always been, and still is, widely portrayed in the Western press as the "bastion of democracy" and the "champion of peace" in the Middle East?




20. THAT, the Western Powers have persisted in declaring their determination to ensure a so-called "arms balance" in the area, as between Israel, on the one hand, and the one-hundred million inhabitants of the thirteen Arab States, on the other hand? And this unilateral Western doctrine of so-called "arms balance" is no more reasonable than the suggestion that, in the Cuba-U.S.A conflict, there should be "arms balance" as between Cuba and the United States or that the whole Continent of Africa should not be allowed to acquire more arms than South Africa or that Mainland China should not be permitted to have more arms than Taiwan or that the military allowed to acquire more arms than South Africa and that only thus can peace be safeguarded in the Western Hemisphere, in Africa, in Asia, or in Europe

 
copied from: http://www.angelfire.com/al/horizons/20facts.html

Jumat, 28 September 2012

Nabi Terus Dihina, Fight It!




Di samping mengutuk dan menuntut hukuman mati pembuat dan penyebarluas film dan kartun yang menghina kehormatan Rasulullah SAW, sekitar 7000 ulama Jabodetabek dan sekitarnya menuntut pula ditegakkannya khilafah, negara yang menjaga kehormatan Nabi SAW, Selasa (25/9) malam di Lapang Selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
“Berulangnya penghinaan terhadap kehormatan Rasulullah SAW lantaran ketiadaan khilafah di tengah-tengah umat,” pekik KH Muhyiddin, Pimpinan Ponpes An Nur Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Menurutnya, hanya khilafah yang secara nyata menghentikan semua penghinaan itu serta melindungi kehormatan Islam dan umatnya sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II terhadap Inggris dan Perancis yang hendak mementaskan drama karya Voltaire yang mengina Nabi Muhammad SAW.
“Ketegasan sang khalifah yang akan mengobarkan jihad melawan Inggris itulah yang akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Rasulullah SAW tetap terjaga!” pekiknya dihadapan ribuan kyai, ustadz, habib, santri dan aktivis Islam yang hadir.
Dengan khilafah itu pula kaum Muslimin akan mengepung negara-negara yang mencela Rasulullah SAW. “Sebagaimana Beliau SAW mengepung kaum Yahudi Bani Quraidhah yang melindungi orang yang mencela Beliau SAW,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3888-khilafah-tiada-nabi-terus-dihina.html

Kenapa Ulama harus Disertifikasi??



Sekitar 7000 ulama Jabodetabek dan sekitarnya menolak keras ide sertifikasi ulama yang diwacanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). “Sertifikasi ulama jelas-jelas melecehkan dan mengkerdilkan para ulama, mendiskriditkan Islam serta menciderai perasaan umat Islam!” pekik KH Ahmad Zainuddin Qh, Selasa (25/9) malam di Lapangan Selatan Monas, Jakarta.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Husna Cikampek, Jawa Barat, tersebut memaparkan bahwa ide sertifikasi merupakan salah satu bentuk perwujudan sikap Islamophobia kafir Barat dan antek-anteknya. “Sertifikasi mengharuskan para ulama mendakwahkan dan mengajarkan Islam seperti yang dikehendaki kafir Barat dan antek-anteknya,” ungkapnya  dalam acara Liqa Syawwal 1433 H: Silaturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia bersama Ulama.
Puncaknya, sertifikasi itu akan mengakibatkan terlantarnya kewajiban para ulama. “Utamanya kewajiban untuk iqamah  ad daulah al khilafah lii tatbiqi syariatillah dan muhasabah lil hukkam,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, alumni Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang, Jawa Tengah tersebut mengajak para ulama untuk memperjuangkan tegaknya khilafah. “Serta memberikan dukungan nyata pada para pengemban dakwah yang berjuang untuk menegakkan syariah dan khilafah,” pekiknya kemudian disambut takbir ribuan kyai, ustadz, habib, santri dan aktivis Islam yang hadir.
Ketegasan ulama menolak sertifikasi itu pun diperkuat dengan pembubuhan tanda tangan di bawah piagam raksasa Tausiyah Ulama: Sertifikasi Ulama Haram. Selain dirinya, nampak pula sejumlah ulama turut menandatangani.
Mereka yang menandatangani di antaranya adalah: Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib; Ketua Lajnah Khusus Ulama DPP HTI Syamsuddin Ramadhan; Pengasuh Ma’had Daarul Muwahhid Jakarta Barat KH Shoffar Mawardi; Pimpinan Majelis Taklim Imdadul Hadadi Jakarta Timur Habib Khalilullah bin Abu Bakar Al Habsyi; Pendiri Yayasan KH Wasyid 1888 (Geger Cilegon) Cilegon Banten KH Mansyur Muhyiddin; Pimpinan Yayasan Al Ikhwan Jakarta Utara KH Asyari Jamal; Pimpinan Ponpes Subul El Salam Jayanti Bogor KH Jauhari dan Pimpinan Ponpes An Nizhamiyah Sukabumi Abah Hideung.[] Joko Prasetyo

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3889-tolak-sertifikasi-7000-ulama-kumpul-di-monas.html

Jubir HTI Kritik Rencana Menag Investasikan DAU


Rencana Menteri Agama menginvestasikan dana abadi umat (DAU) untuk membeli pesawat angkut jamaah haji mendapat kritikan dari Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto.
Menurutnya, dana tersebut harus dipastikan sebagai milik jamaah sehingga statusnya hanyalah titipan ataukah sudah milik pemerintah. “Harus diklarifikasi dulu, dana setoran haji itu sesungguhnya milik siapa?” tegasnya kepada mediaumat.com, Selasa (25/9) di Yogyakarta.
Klarifikasi itu penting, lantaran menurut Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara Yogyakarta tersebut, terkait status kepemilikan dan berdampak pula pada akad.  “Kalau milik jamaah dengan status titipan berarti harus ada akad baru untuk izin dari suara jamaah untuk memanfaatkan dana tersebut untuk investasi tetapi kalau sudah milik pemerintah maka sudah menjadi hak pemerintah untuk memanfaatkan lebih lanjut,” ungkapnya.
Dana ini harus dijaga betul, termasuk penyimpanannya itu sesuai dengan ketentuan syariah. Diantaranya yang paling dasar adalah harus dihindari dari transaksi ribawi. “Karena itu bila ada dana yang  disimpan di bank yang menerapkan bunga (riba) sangat disesalkan dan harus segera dipindahkan ke bank yang tidak menerapkan riba,” tegasnya.
Ia pun dengan tegas menyatakan haram, bila simpanan DAU itu berbunga. Haram pula memanfaatkan bunga tersebut meskipun digunakan untuk membeli pesawat angkutan haji. “Uang bunga dari penyimpanan DAU dijadikan dana untuk pesawat angkutan haji haram, jelas bunga itu haram, haram untuk mendapatkannya, haram untuk memanfaatkannya,” tegasnya.
Selain status kepemilikan DAU, Direktur Shariah Economic and Management (SEM) Institute tersebut mewanti-wanti pula bila dana tersebut akan diinvestasikan. “Maka harus jelas diperhatikan bahwa investasi itu harus halal dan baik serta harus ada unsur kehati-hatian,” sarannya.
Republika online hari ini, memperkirakan DAU dari setoran calon haji mencapai Rp 38 triliun yang selama ini disimpan di bank atau sukuk dengan bunga mencapai Rp 1,7 triliun per tahun. Menag Suryadharma Ali berniat menginvestasikan DAU untuk membeli pesawat angkutan haji sehingga bisa mengurangi harga tiket dalam komponen ONH.[] Joko Prasetyo

Ketika Monas Jadi Saksi, Keteguhan Ulama Sejati, Perjuangkan Negara Warisan Nabi





  
Sejuknya semilir angin malam di pusat jantung ibukota Jakarta ternyata tidak mampu mendinginkan panasnya hati sekitar 7000 kyai, ustadz, habib, santri dan aktivis Islam yang marah dengan penghinaan kafir Barat terhadap kehormatan Rasulullah SAW melalui film yang dibuat seorang Kristen Koptik berkewarganegaraan Amerika.
Para ulama yang berkumpul pada Selasa (25/9) di lapang selatan Monumen Nasional dari pukul 20.00 WIB-00.30 WIB tersebut mengutuk pembuatan dan penyebarluasan film serta mengutuk juga  pemerintah Amerika yang membiarkan begitu saja film ini dibuat dan disebarluaskan ke seluruh dunia. “Ini perbuatan biadab yang tidak bisa dibiarkan!” pekik KH Muhyiddin, Pimpinan Ponpes An Nur Pamijahan Kabupaten Bogor.
Mereka pun geram, lantaran beberapa hari sebelumnya, antek penjajah di dalam negeri melontarkan wacana Sertifikasi Ulama. “Sertifikasi ulama jelas-jelas melecehkan dan mengkerdilkan para ulama, mendiskriditkan Islam serta menciderai perasaan umat Islam!” pekik KH Ahmad Zainuddin Qh, Pimpinan Ponpes Al Husna Cikampek.
Meski demikian, akal peserta Silaturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia bersama Ulama tersebut tetap dingin dan berfikir jernih sehingga para pewaris Nabi ini menyadari bahwa solusi untuk menghentikan kekejian itu tiada lain dengan menegakkan kembali khilafah, negara Islam warisan Nabi SAW yang menjaga kehormatan Nabi SAW, ulama dan kaum Muslimin.
Menurut Muhyiddin, hanya khilafah yang secara nyata menghentikan semua penghinaan itu serta melindungi kehormatan Islam dan umatnya sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II terhadap Inggris dan Perancis yang hendak mementaskan drama karya Voltaire yang menghina Nabi Muhammad SAW.
“Ketegasan sang khalifah yang akan mengobarkan jihad melawan Inggris itulah yang akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Rasulullah SAW tetap terjaga!” ungkapnya.
Dengan khilafah itu pula kaum Muslimin akan mengepung negara-negara yang mencela Rasulullah SAW. “Sebagaimana Beliau SAW mengepung kaum Yahudi Bani Quraidhah yang melindungi orang yang mencela Beliau SAW,” dalilnya.
Demokrasi vs Islam
Sedangkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Heru Binawan menyinggung isu lokal Jakarta. Ia menyebutkan Jakarta baru saja mengadakan pemilihan gubernur dan setelah hasil pemilihan diketahui, sebagian merasa sedih karena kalah dan sebagian merasa senang karena menang. “Sikap Hizbut Tahrir dan para pendukungnya adalah tidak akan ikut bersedih dan tidak akan memberi selamat kepada pemenangnya,” tegas Heru.
Karena, lanjutnya, jalan yang ditempuh Hizbut Tahrir adalah membina umat dengan Islam agar masyarakat mengenal dan rindu pada Islam serta mau turut memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah. Perjuangan menegakkan syariah dan khilafah adalah perjuangan yang mulia, pelakunya akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT. “Oleh karena itu para ulama harus fokus dalam membina umat,” ajaknya.
Heru pun menjelaskan bahwa demokrasi lahir dari akidah yang bertentangan dengan akidah Islam. Akidah demokrasi adalah memisahkan agama dari kehidupan manusia, yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dari negara sehingga tidak akan pernah bertemu Islam dan demokrasi.
“Tidak akan pernah bertemu perjuangan ideologis menegakkan syariah Islam dalam bingkai khilafah yang bersifat internasional di seluruh negeri-negeri Islam dengan perjuangan demokrasi sekuler lokal,” ungkapnya.
Sedangkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib berpesan kepada para ulama dalam upaya membangkitkan umat. Menurutnya, ulama harus menyatakan secara tegas kepada umat agar melepaskan ikatan secara total dengan ideologi yang lahir dari akidah kufur termasuk nasionalisme dan demokrasi. “Akidah kufur itu najis, sudah selayaknya kaum Muslimin meninggalkannya!” tegasnya.
Pesan lainnya adalah bahwa ulama harus terus menyadarkan kepada umat bahwa umat Islam itu adalah umat yang satu. “Umat Islam Indonesia, Malaysia, India bahkan Amerika adalah umat Islam yang satu! Sudah saatnya bersatu, tunjukkan jati dirinya sebagai umat kuat, umat terbaik yang mengusir tentara Amerika!” teriak Rokhmat.
Namun, persatuan dan kekuatan itu akan terhimpun ketika ikatan nasionalisme tercerabut seiring menguatnya ikatan akidah Islam dan tegaknya khilafah Islam, sebagai negara pemersatu dan penghimpun kekuatan seluruh potensi umat Islam.
Kemudian Rokhmat pun mengajak para ulama untuk bergabung memperjuangkan tegaknya kembali sistem pemerintahan warisan Nabi SAW tersebut. “Maukah saudara-saudara berjuang dengan kelompok yang memperjuangkan tegaknya khilafah?” tanya Rokhmat.
“Mauuu...” pekik ribuan peserta.
“Maukah bergabung dengan Hizbut Tahrir?” tanyanya lagi.
Serentak peserta pun kembali menjawab mau.
Menyambut Seruan
Tidak puas hanya dengan mendengar jawaban mau secara serentak seperti itu, panitia pun mempersilakan beberapa ulama untuk naik podium untuk menyatakan kesiapannya. “Mudah-mudahan semua yang ada di sini adalah ulama yang mau berjuang dengan wadah Hizbut Tahrir,” harap Pimpinan Ponpes Nurul Ulum Jember KH Abdullah, ulama dari Jawa Timur yang sengaja didatangkan untuk mengajak peserta berjuang bersama.
Dengan pakaian hitam-hitam dan berikat kepala hitam khas adat Banten Kidul, Abah Hideung menyatakan kesediaannya.  “Insya Allah, saya akan menjemput khilafah ini dengan kebahagian, berjihad bersama Hizbut Tahrir,” ungkap Pimpinan Ponpes An Nidzamiyah Cicurug, Sukabumi tersebut.
Sedangkan Habib Khalilullah bin Abu Bakar Al Habsyi mengaku merasa tercerahkan sejak dikontak aktivis Hizbut Tahrir. “Tiga tahun lalu saya dalam suasana kekufuran. Setelah Hizbut Tahrir menjelaskan dengan gamblang, faham saya, bahwa demokrasi ide kufur yang menginjak-injak dan mengebiri Islam,” ungkap Pimpinan Majelis Taklim Imdadul Hadadi Jakarta Timur  yang kemudian disambut takbir ribuan peserta tersebut.
Takbir yang berulang-kali dipekikkan para peserta membuat semangat semakin bergelora untuk berjuang bersama Hizbut Tahrir. Di tambah lagi dengan pembacaan syair Yaumun Nashr, yang berisi ajakan kembali menegakkan Islam kaffah dalam bingkai khilafah.  “Suasana ini seolah-olah Daulatul Khilafah sudah berdiri,” ungkap KH Mansyur Muhyiddin.
“Kita lanjutkan saja, jangan mundur ke belakang, demi tegaknya khilafah, demi tegaknya syariah Islam!” ajak pendiri Yayasan KH Wasyid 1888 Geger Cilegon, Banten tersebut.
Kemudian naiklah kyai sepuh usia 70-an ke podium. “Meski saya paling tua di podium ini tapi di Hizbut Tahrir saya paaaling muda, kurang lebih baru satu tahun saya mengenal Hizbut Tahrir, tapi baru empat bulan saya ‘sekolah’ di HT. Kelasnya baru kelas satu, kitabnya juga kitab satu tapi belum tamat,” aku Pimpinan Ponpes Subul El Salam Jayanti, Tangerang KH Jauhari dengan jujur yang kemudian disambut tawa peserta.
Alumnnus Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur tersebut pun berpesan kepada ribuan ulama yang masih muda-muda di depannya. “Jangan jadikan ilmu itu ilmu thok, tetapi harus diamalkan, agar dapat melaksanakan amanah sebagai ulama yang harus berada dalam garda terdepan dalam menegakkan khilafah dan syariah,” tegasnya kemudian disambut takbir hadirin.
Suasana semakin panas ketika sekitar sebelas ulama termasuk mereka yang naik podium menandatangani dua piagam raksasa yakni Tausiyah Ulama’: Sertifikasi Ulama Haram dan Tausiyah Ulama’:Hukuman Mati untuk Siapa pun yang Menghina Rasulullah SAW. Sebagian peserta berdiri sembari meneriakan takbir, sebagiannya lagi mendekat panggung agar lebih jelas lagi melihat dan memotret proses penandatanganan tersebut.
Untuk semakin memanaskan suasana, peserta lainnya mengibarkan bendera warisan Nabi Muhammad SAW yakni bendera hitam (raya’) dan bendera putih (liwa’) bertuliskan dua kalimat syahadat. Kedua bendera tersebut dengan izin Allah akan segera berkibar di atas seluruh tiang bendera di lebih dari 57 negeri Islam seraya diturunkannya bendera nasionalisme warisan penjajah kafir Barat (kapitalisme, demokrasi) maupun kafir Timur (komunisme, sosialisme). Aamiin.[] Joko Prasetyo

Hizbullah Tingkatkan Dukungannya Terhadap Rezim Asad




Para pejabat AS dan Lebanon menegaskan bahwa Hizbullah Lebanon telah meningkatkan dukungannya terhadap rezim Presiden Suriah Basyar al-Asad. Mereka menuduh Hizbullah mengirim para penasihat militer untuk membantu dalam operasi penindasan kelompok revolusi di Suriah.
Surat kabar Amerika “The Washington Post”, edisi hari Kamis (27/9) mengutip dari para pejabat Lebanon yang meminta identitas mereka dirahasiakan, dimana mengatakan: “Sulit untuk menyembunyikan dukungan Hizbullah terhadap rezim Suriah, meskipun secara fakta bahwa Hizbullah menyangkal hal ini.”
Para pejabat tersebut menambahkan: “Dukungan Hizbullah terhadap pemerintah Suriah telah meningkat sejak 18 Juli lalu, ketika terjadi ledakan di Damaskus yang menewaskan para pejabat senior Suriah, termasuk Ashif Syaukat, saudara ipar Presiden Suriah Basyar al-Assd.”
Para pejabat dan analis Lebanon menyebutkan bahwa para gerilyawan Hizbullah tengah berperang dan mati di Suriah, meskipun para pejabat AS belum menemukan bukti kuat yang menegaskan peran para gerilyawan Hizbullah. Dikatakan bahwa Hizbullah sedang berusaha untuk menyembunyikan aktivitas di Suriah.
Para pejabat Lebanon berbicara tentang kasus kuburan rahasia di wilayah yang dikuasai Hizbullah di Lebanon. Hal inilah yang memperingatkan para keluarga korban terkait perdebatan tentang situasi kematian anak-anak mereka. Dikatakan bahwa “Hizbullah aktif dalam mendukung rezim Suriah melalui milisi khusus. Dan mereka ini terlibatkan dan ikut serta berperan dalam pertempuran.” []istdy

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3892-hizbullah-tingkatkan-dukungannya-terhadap-rezim-asad.html
 

Senin, 20 Agustus 2012

'Wawancara' dengan Seorang Muslim Rohingnya yang Mengungsi ke Indonesia

Jakarta- Dari kampung halamannya di Arakan, Muhammad Rofiq dan Muslim Rohingya lainnya berlabuh ke Bangladesh. Kemudian berlayar ke Thailand. Sekarang Muhammad Rofiq berada di Indonesia. Mengapa ia ke luar Arakan? Mengapa berpindah dari Bangladesh ke Thailand dan sekarang ke Indonesia? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan mediaumat.com Fatih Mujahid dengan Muhammad Rofiq. Berikut petikannya.

Bagaimana Anda bisa sampai ke Indonesia?
Kami berangkat mengungsi ke Bangladesh dengan menggunakan perahu. Sebulan di sana kami dianggap illegal dikejar oleh militer Bangladesh dan sebagian ditangkap disuruh kembali ke Arakan.
Lalu kami menuju Thailand tinggal setahun di Pattani. Keadaan tidak kondusif disana kami pun minta tolong menumpang perahu boat menuju Tanjung Pinang. Kami menumpuh waktu delapan hari berlayar ke Tanjung Pinang hingga kami bisa ke Medan.

Dengan siapa Anda ke Indonesia?
Saya berangkat menumpang boat milik orang Thailand. Saya bersama dengan dua orang anak saya, Istri dan satu saudara saya.

Apa yang Anda alami di Arakan?
Di Arakan, yang paling sering kami alami dengan diancam, hak-hak kami dirampas oleh mereka. Dari kekejaman mereka ribuan orang dibunuh ditembak. Sudah 20.000 orang saudara-saudara kami dibunuh, 7000 rumah yang dibakar, dan 36 masjid dihancurkan mereka.
Ketika kami tertidur, mereka datang memasuki rumah secara paksa merampas makanan kami mencari apa saja yang mereka bisa ambil dari kami. Setelah itu, mereka menculik laki-laki di rumah-rumah kami, dari umur 12 tahun hingga 25 mereka. Ditutup matanya, diikat lalu dibawah pergi.

Bagaimana nasib Muslimah Rohingya?
Setiap rumah yang memiliki perempuan dua atau tiga orang dari umur 12 tahun, yang kami anggap masih kecil, dibuat tanpa busana, diculik dibawa oleh mereka dan diperkosa. Wanita-wanita kami yang hamil dipaksa melahirkan, dengan perlakuan yang sangat kejam.

Apa keamanan kaum Muslimin Rohingya dijaga?
Tidak ada sama sekali, kami dianggap bukan warga negara Myanmar. Akibatnya keamanan kami tidak dijaga.

Siapa saja pelaku pembantaian ini?
Pelakunya masyarakat-masyarakat Budha Myanmar, para Bikshu yang didukung oleh militer mereka.

Apakah Anda melawan?
Kami melawan, tapi kami tidak berdaya mereka didukung oleh militer, dan mereka menggunakan senjata. Kami hanya menggunakan senjata tajam dan kayu, jika kami membunuh dua orang Budha mereka akan membantai kami dan membunuh 200 orang dari kami. Ulama kami banyak dan menyerukan jihad, namun mereka pun  sudah habis dibunuh.

Apa yang  dunia lakukan buat Rohingya?
Dunia tidak berbuat apa-apa buat kami, tidak ada satu pun negara yang mau menolong kami. Mereka hanya melakukan pertemuan-pertemuan, setelah selesai, cerita habis, mereka pulang ke rumah dan melupakan kami. Rohingya tidak pernah dipikirkan.
57 negara kaum Muslimin satu pun tidak ada yang bisa bantu Rohingya, mereka menganggap kalau kami bukanlah urusan mereka. Padahal, umat Islam banyak. Kami sudah tidak tahan lagi, kami lari dan ditembak. Tidak ada tolong kami.

Muslim Rohingya dituduh pemberontak, pendapat Anda?
Itu tidak benar, kami melawan untuk menjaga hak-hak kami yang dirampas oleh mereka. Sekarang kami mau tinggal dimana? Sedangkan hak-hak kami telah diambil semua.[]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3849-muhammad-rofiq-muslim-rohingya-kami-mau-tinggal-di-mana-sedangkan-hak-kami-sudah-dirampas.html

Kapan Indo kaya?? Freeport masih ditangan Asing?!?!



Belum habis masa kontraknya, Freeport telah siap memperpanjangnya lagi.

PT Freeport Indonesia sudah mengambil ancang-ancang untuk memperpanjang kontrak eksplorasinya di pertambangan tembaga dan emas Timika, Papua hingga tahun 2041.

Padahal kontrak karya yang telah berjalan selama ini baru habis kontraknya hingga tahun 2021. Apa yang diinginkan Freeport?
Menurut, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rozik B. Soetjipto, pihaknya sudah merencanakan investasi sebesar 16,9 milyar dollar AS untuk kelanjutan operasional perusahaan hingga 2041 nanti. Rinciannya, sebanyak 9,8 milyar dolar AS investasi pada periode 2012 hingga 2021 dan sebanyak 7,1 milyar dolar AS untuk investasi dari 2021 hingga 2041.

Investasi sebanyak itu, menurutnya, untuk menyiapkan kegiatan pertambangan bawah tanah (underground) yang sudah mulai dilakukan Freeport sejak tahun 2008 lalu. Dia mengakui masa depan Freeport Indonesia ini memang mengandalkan pertambangan bawah tanah.

Saat ini, jelasnya, 60 persen produksi biji (ore) perusahaan masih berasal dari tambang permukaan yaitu Grasberg Open Pit. Namun, saat ini cadangan di pertambangan permukaan ini sudah memasuki fase habis. Sehingga, diperkirakan pada tahun 2017-2018, kontribusi dari pertambangan permukaan ini akan makin mengecil. Karenanya, upaya mereka sekarang ini adalah melakukan investasi untuk mempersiapkan tambang bawah tanah. Maka karena itulah, Freeport sangat berkepentingan kontrak kerja samanya diperpanjang 2x10 tahun lagi dari 2021 atau hingga 2041.

Namun sayangnya, eksplorasi yang jorjoran yang dilakukan PT Freeport Indonesia berbanding terbalik dengan kesejahteraan yang didapatkan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Papua yang sangat jauh tertinggal. Kemana kekayaan alam bumi cendrawasi tersebut?

Menurut Anggota Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ishak kekayaan sumber daya alam Indonesia tersebut tidak lain karena telah dirampok oleh Freeport.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia ini menjelaskan berdasarkan Laporan Tahunan Freeport McMoran tahun 2011, produksi emas perusahaan tersebut yang berasal dari PT Freeport Indonesia (PTFI) sebanyak, 36 ton atau 92 persen dari total produksinya di seluruh dunia. Sementara untuk tembaga mencapai 384 ribu ton atau 23 persen dari total produksi perusahaan tersebut.

Sedangkan, menurutnya, pada tahun 2009 dan 2010 produksi emasnya saja masing-masing sebesar 72 ton dan 50  ton emas. Sekadar tambahan biaya produksi tembaga Freeport sangat rendah yakni hanya lima persen (U$0,2) saja dari harga jualnya (U$3,85). Jadi sangat menguntungkan!

"Pada tahun 2011 pendapatan PTFI di Indonesia setelah pajak sebesar US$1,7 milyar atau sekitar Rp 15 triliun dan pada 2010 sebesar US$ 2,4 milyar atau sekitar Rp 21 trilyun," paparnya.

Adapun rencana perpanjangan kontrak hingga 2041, Ishak menjelaskan itu terkait dengan potensi cadangan produksinya di Papua. Cadangan emas PTFI masih sebesar 913 ton. Sementara cadangan tembaganya sebanyak 15,8 juta ton. Dengan kata lain, dengan asumsi produksi yang sama dengan 2011, maka emas di Papua baru habis 25 tahun lagi (tahun 2037). Sementara tembaganya baru habis 41 tahun lagi (tahun 2053).
"Artinya perpanjangan kontrak tersebut memang bertujuan untuk mengeruk habis potensi cadangan yang ada saat ini," imbuhnya.

Ia menegaskan, jika pemerintah membiarkan perpanjangan kontrak dengan perusahaan tersebut maka rakyat akan mengalami banyak kerugian. Bukan hanya kerugian finansial dan lingkungan tapi juga akan menambah dosa pemerintah di hadapan Allah SWT.

Menurutnya, dalam pandangan Islam, tambang emas di Papua masuk dalam kategori barang milik umum yang wajib dikuasai oleh negara. Tapi selama pemerintah masih mengacu pada sistem yang sangat kapitalistik dan tetap loyal pada Amerika Serikat maka selama itu pula Freeport masih akan terus merampok Indonesia.

Sepatutnyalah syariah dan khilafah menjaga kekayaan alam di Indonesia agar dapat memberikan keberkahan bagi rakyatnya. "Tidak seperti saat ini yang justru menjadi kutukan," tegasnya.[fatih mujahid]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3850-freeport-tak-mau-hengkang.html

Genosida Baru Terhadap Kaum Muslim di Assam India


Dengan didengar dan disaksikan dunia, kaum Muslim dibantai dan dijadikan obyek kejahatan yang paling keji, namun tidak seorang pun yang bergerak untuk menolongnya. Mereka itulah umat Budha ketika tangan mereka belum kering dengan darah kaum Muslim yang mereka bantai di Burma, kini tangan mereka dikotori kembali dengan darah kaum Muslim, namun kali ini yang mereka bantai bukan lagi kaum Muslim Burma, melainkan kaum Muslim India di wilayah Assam, dimana orang-orang bersenjata dari suku-suku Budha menyerang sebuah perkampungan Muslim, sehingga tidak sedikit dari kaum Muslim yang meninggal dan terluka.

Sebagaimana awal dari pembersihan etnis di Burma, tampaknya umat Budhis menggunakan strategi yang sama untuk membenarkan sebagian besar serangannya. Mereka mengklaim bahwa serangan itu dilakukan karena ada kenyakinan bahwa kaum Muslim telah melakukan kejahatan dengan membunuh empat orang pemuda Budha. Hal ini sama dengan isu yang beredar pada awal peristiwa Burma bahwa peristiwa itu terjadi menyusul keyakinan warga Budha bahwa serangan Muslim telah menyerang dan memperkosa seorang gadis Budha.

Milisi Budha dan Hindu terdapat di wilayah Assam, India, yaitu perbatasan yang dekat dengan Burma. Wilayah itu terkenal sebagai surga bagi milisi kafir untuk melakukan pembantaian terhadap kaum Muslim di Assam, sehingga puluhan kaum Muslim meninggal, dan melukai 400 Muslim lainnya, menurut data awal. Sementara lebih dari 50 ribu kaum Muslim mengungsi ke sejumlah daerah pedalaman India dan ke kamp-kamp bantuan untuk menghindari konfrontasi setelah 500 desa dibakar.

Tidak hanya itu saja, bahkan otoritas resmi ikut berpartisipasi dalam pembersihan etnis, di mana personil kepolisian melakukan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menembaki para peserta aksi protes yang digelar oleh kaum Muslim di sana. Sementara organisasi Islam terbesar di India, All India Muslim Majlis-e Mushawarat (AIMMM) menegaskan bahwa kaum Muslim di wilayah Assam tengah menghadapi kampanye pembersihan etnis oleh militan Bodo. Dikatakan bahwa pihaknya telah mengirim misi pencari fakta tentang sejumlah aksi kekerasan sektarian yang terjadi selama beberapa hari terakhir, yang menewaskan puluhan orang, dan puluhan ribu lagi mengungsi.

Sedangkan, organisasi Islam yang berada di bawah payung organisasi-organisasi Islam di India lainnya mengatakan bahwa “Misi pencari fakta yang pergi ke wilayah Assam, terdiri dari para perwakilan organisasi-organisasi Islam, dalam sebuah kunjungan yang berlangsung empat hari, dimana mereka juga terlibat dalam upaya bantuan di wilayah itu.” Dikatakan pula bahwa “Delegasi itu akan mengunjungi kamp-kamp pengungsi di daerah Kokrajhar yang berdekatan dengan wilayah Assam, yaitu wilayah yang menjadi tempat terjadinya aksi-aksi kekerasan sektarian selama beberapa hari terakhir.”

Menurut Human Rights Watch bahwa kampanye pembersihan etnis yang dilakukan oleh kelompok militan Bodo terhadap kaum Muslim di wilayah Assam, India  telah menyebabkan lebih dari 45 orang Muslim meninggal, dan sekitar 300 ribu orang Muslim lainnya terusir. Mengacu pada kebijakan pemerintah India bahwa “Pemerintahan India menerapkan kebijakan (tembak di tempat) untuk setiap orang yang terlihat berjalan saat diberlakukannya jam malam di daerah itu. Kebijakan inilah yang memberi lampu hijau pada pasukan keamanan untuk menggunakan senjatanya pada saat yang tidak perlu dan ilegal.”

Di sisi lain, Human Rights Watch yang berkantor pusat di New York menyerukan kepada pemerintah India untuk melakukan investigasi atas sejumlah aksi kekerasan dan menuntut mereka yang bertanggung jawab, dengan mencari penyebab di balik bentrokan etnis tersebut. Human Rights Watch menegaskan bahwa pasukan keamanan harus konsisten dengan standar internasional, yang melarang penggunaan kekuatan mematikan, kecuali ketika benar-benar diperlukan untuk melindungi diri.”

Namun, yang lebih buruk dari semua ini adalah diam dan bisunya dunia terhadap pembantaian yang dilakukan terhadap kaum Muslim di daerah ini. Akibatnya, ratusan atau bahkan ribuan kaum Muslim meninggal, dimana tidak ada seorang pun yang tergerak dan meresponnya. Sebaliknya dunia geger dengan penghancuran beberapa patung di Tunisia atau Timbuktu di Mali. Mengapa? Sebab, mereka memiliki sejumlah aturan jika yang menjadi korbannya adalah kaum Muslim.

Perlu diketahui bahwa wilayah Assam, India, terletak di timur laut negara itu, berbatasan dengan negara Bhutan di sebelah barat laut, dan dua perbatasan internasional dengan Bangladesh di bagian barat dan barat daya. Pada tanggal 27 Februari 2006, pemerintah Assam mengajukan penggantian nama menjadi Asom dan setelah disetujui kini dipakai sebagai nama resmi. Sementara dari bagian timur tidak dipisahkan dari Burma, kecuali oleh duan wilayah yaitu Nagaland dan Manipur. Jumlah kaum Muslim di Assam sekitar 31% dari total penduduk wilayah itu. Assam adalah wilayah India nomor  dua dalam hal jumlah kaum Muslim setelah Jammu dan Kashmir. Jumlah total kaum Muslim di India sekitar delapan setengah juta jiwa.[islamtoday]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3853-genosida-baru-terhadap-kaum-muslim-di-assam-india.html

Kronologis Sejarah Penderitaan Muslim Rohingya






Arakan,  wilayah di mana mayoritas Muslim Rohingya tinggal, sudah ada bahkan sebelum Negara Burma lahir setelah diberi kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1948. Kaum Muslimin di sana telah berabad-abad tinggal sebagai kesultanan Islam yang merdeka. Justru yang terjadi adalah penjajahan oleh kerajaan Budha dan Kolonial Inggris di negara itu.
Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam masuk ke negeri itu tahun 877 M pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Saat itu Daulah al-Khilafah menjadi negara terbesar di dunia selama beberapa abad.  Islam mulai menyebar di seluruh Birma ketika mereka melihat kebesaran, kebenaran, dan keadilannya.

Kaum Muslimin memerintah propinsi Arakan lebih dari tiga setengah abad antara tahun 1430 hingga tahun 1784 M.  Penderitaan Muslim di sana mulai terjadi saat penjajah kerajaan Budha maupun kolonialis Inggris menjajah negeri itu. Berikut tahun-tahun penting penderitaan Muslim Rohingya.

1784 M : Kerajaan  Budha berkoalisi menyerang provinsi dan menduduki wilayah Arakan. Mereka menghidupkan kerusakan di provinsi tersebut.  Mereka membunuh kaum Muslimin,  membunuh para ulama kaum Muslimin dan para dai. Mereka juga  merampok kekayaan kaum Muslimin, menghancurkan bangunan-bangunan islami baik berupa masjid maupun sekolah.  Hal itu karena kedengkian mereka dan fanatisme mereka terhadap kejahiliyahan budhisme mereka.

1824 M : Inggris menduduki Burma termasuk wilayah Arakan dan menancapkan penjajahan mereka atas Birma.

1937 : Kolonial Inggris menduduki provinsi Arakan dengan kekerasan dan menggabungkannya ke Burma (yang saat itu merupakan koloni Inggris yang terpisah dari pemerintah Inggris di India). Untuk menundukkan kaum Muslim agar bisa dikuasai dan dijajah, Inggris mempersenjatai umat Budha.

1942 : lebih dari 100 ribu Muslim dibantai oleh orang-orang Budha dan ratusan ribu mengungsi ke luar negeri.

1948 M : Inggris memberi Birma kemerdekaan formalistik.  Sebelumnya, pada 1947 M Inggris menggelar konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan dan mengajak seluruh kelompok dan ras di negeri tersebut kecuali Muslim Rohingya. Pada konferensi itu Inggris menetapkan menjanjikan kemerdekaan kepada tiap kelompok atau suku sepuluh tahun kemudian. Namun pemerintahan Birma tidak mengimplementasikan hal itu.  Yang terjadi adalah penindasan terhadap kaum Muslimin yang terus berlanjut.

1962 : terjadi kudeta militer di Burma di bawah pimpinan militer Jenderal Ne Win. Rezim militer melanjutkan ‘tugas penting’ pembantaian terhadap umat Islam. Lebih dari 300 ribu Muslim diusir ke Bangladesh.

1978 : rezim militer mengusir lagi setengah juta Muslim ke luar Birma. Menurut UNHCR, lebih dari 40 ribu orang Muslim terdiri atas orang-orang tua, wanita dan anak-anak meninggal dunia saat pengusiran akibat kondisi mereka yang memprihatinkan.

1982 : operasi penghapusan kebangsaan kaum Muslim karena dinilainya sebagai warga negara bukan asli Burma.

1988 M : lebih dari 150 ribu kaum Muslimin terpaksa mengungsi ke luar negeri. Pemerintah Myanmar menghalangi anak-anak kaum Muslimin mendapatkan pendidikan. Untuk mengurangi populasi, kaum Muslim dilarang menikah sebelum berusia tiga puluh tahun.

1991 :  lebih dari setengah juta kaum Muslim mengungsi akibat penindasan yang mereka alami.

2012 : Pada bulan Juni  orang-orang Budha melakukan serangan terhadap sebuah bus yang mengangkut Muslim dan membunuh sembilan orang dari mereka.  Konflik cenderung dibiarkan oleh pemerintah.

Pembunuhan, pembakaran rumah, dan pengusiran terjadi. Puluhan ribu kaum Muslimin keluar dari rumah mereka.  Bangladesh menolak untuk membantu kaum Muslim yang tiba di Bangladesh. Negara ini bahkan mengembalikan  dan menutup perbatasan untuk saudara Muslimnya. Tidak ada angka yang pasti jumlah korban Muslim, namun diduga puluhan ribu Muslim terbunuh pasca pecahnya kembali konflik pada awal Juni 2012.

Keamanan tidak akan kembali menjadi milik kaum Muslimin di negeri tersebut kecuali jika tidak kembali kepada Khilafah.  Mereka telah bernaung di bawah Khilafah sejak masa Khalifah Harun ar-Rasyid lebih dari tiga setengah abad lamanya. Jadi Khilafah sajalah yang memberikan kepada mereka keamanan dan menyebarkan kebaikan di seluruh dunia.  Semoga Khilafah sudah dekat keberadaannya, atas izin Allah.(Mediaumat.com/ FW dari berbagai sumber)

Kesultanan Arakan
Jumlah Muslim di Myanmar paling besar dibandingkan Filipina dan Thailand, jumlahnya sekitar 7 juta hingga 10 juta jiwa. Setengah dari jumlah Muslim Myanmar tersebut berasal dari Arakan, suatu provinsi di barat laut Myanmar. Di sebelah utara, wilayah Arakan mempunyai perbatasan dengan Bangladesh sepanjang 170 km; di sebelah Barat berbatasan dengan pantai yakni Laut Andaman.

Semula Arakan bernama Rohang. Masyarakatnya disebut Rohingya. Pada 1430 Rohingya menjadi kesultanan Islam yang didirikan oleh Sultan Sulaiman Syah dengan bantuan masyarakat Muslim di Bengal (sekarang Bangladesh). Kemudian nama Rohingya diganti menjadi Arakan (bentuk jamak dari kata arab ‘rukun’ yang berarti tiang/pokok) untuk menegaskan identitas keislaman mereka.
Islam mulai datang ke negeri Burma ini di mulai sejak awal hadirnya Islam, yakni abad ke-7. Saat itu daerah Arakan telah banyak disinggahi oleh para pedagang Arab. Arakan merupakan tempat terkenal bagi para pelaut Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka melalui jalur darat dan laut.

Pendatang tersebut banyak yang tinggal di Arakan dan bercampur dengan penduduk setempat. Percampuran suku tersebut terbentuk suku baru, yaitu suku Rohingya. Oleh karena itu, Muslim Rohingya yang menetap di Arakan sudah ada sejak abad ke-7.

Para pedagang yang singgah di pantai pesisir Burma mulai menggunakan pesisir pantai dari Negara Burma (Myanmar) sebagai pusat persinggahan dan juga dapat dijadikan sebagai sebuah tempat reparasi kapal.
Dapat diketahui bahwa Islam mulai masuk ke Burma di bawa oleh para pedagang Muslim yang singgah di pesisir pantai Burma. Pada masa kekuasaan perdagangan Muslim di Asia Tenggara mencapai puncaknya, hingga sekitar abad ke-17, kota-kota di pesisir Burma, lewat koneksi kaum Muslim, masuk ke dalam jaringan dagang kaum Muslim yang lebih luas.

Mereka tidak hanya aktif di bidang perdagangan, melainkan juga dalam pembuatan dan perawatan kapal. Suatu ketika di abad ke-17 sebagian besar provinsi yang terletak di jalur perdagangan dari Mergui sampai Ayutthaya praktis dipimpin oleh gubernur Muslim dengan para administrator tingginya, yang juga Muslim.

[Fika M. Komara]
sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3854-kronologis-sejarah-penderitaan-muslim-rohingya.html