Senin, 20 Agustus 2012

'Wawancara' dengan Seorang Muslim Rohingnya yang Mengungsi ke Indonesia

Jakarta- Dari kampung halamannya di Arakan, Muhammad Rofiq dan Muslim Rohingya lainnya berlabuh ke Bangladesh. Kemudian berlayar ke Thailand. Sekarang Muhammad Rofiq berada di Indonesia. Mengapa ia ke luar Arakan? Mengapa berpindah dari Bangladesh ke Thailand dan sekarang ke Indonesia? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan mediaumat.com Fatih Mujahid dengan Muhammad Rofiq. Berikut petikannya.

Bagaimana Anda bisa sampai ke Indonesia?
Kami berangkat mengungsi ke Bangladesh dengan menggunakan perahu. Sebulan di sana kami dianggap illegal dikejar oleh militer Bangladesh dan sebagian ditangkap disuruh kembali ke Arakan.
Lalu kami menuju Thailand tinggal setahun di Pattani. Keadaan tidak kondusif disana kami pun minta tolong menumpang perahu boat menuju Tanjung Pinang. Kami menumpuh waktu delapan hari berlayar ke Tanjung Pinang hingga kami bisa ke Medan.

Dengan siapa Anda ke Indonesia?
Saya berangkat menumpang boat milik orang Thailand. Saya bersama dengan dua orang anak saya, Istri dan satu saudara saya.

Apa yang Anda alami di Arakan?
Di Arakan, yang paling sering kami alami dengan diancam, hak-hak kami dirampas oleh mereka. Dari kekejaman mereka ribuan orang dibunuh ditembak. Sudah 20.000 orang saudara-saudara kami dibunuh, 7000 rumah yang dibakar, dan 36 masjid dihancurkan mereka.
Ketika kami tertidur, mereka datang memasuki rumah secara paksa merampas makanan kami mencari apa saja yang mereka bisa ambil dari kami. Setelah itu, mereka menculik laki-laki di rumah-rumah kami, dari umur 12 tahun hingga 25 mereka. Ditutup matanya, diikat lalu dibawah pergi.

Bagaimana nasib Muslimah Rohingya?
Setiap rumah yang memiliki perempuan dua atau tiga orang dari umur 12 tahun, yang kami anggap masih kecil, dibuat tanpa busana, diculik dibawa oleh mereka dan diperkosa. Wanita-wanita kami yang hamil dipaksa melahirkan, dengan perlakuan yang sangat kejam.

Apa keamanan kaum Muslimin Rohingya dijaga?
Tidak ada sama sekali, kami dianggap bukan warga negara Myanmar. Akibatnya keamanan kami tidak dijaga.

Siapa saja pelaku pembantaian ini?
Pelakunya masyarakat-masyarakat Budha Myanmar, para Bikshu yang didukung oleh militer mereka.

Apakah Anda melawan?
Kami melawan, tapi kami tidak berdaya mereka didukung oleh militer, dan mereka menggunakan senjata. Kami hanya menggunakan senjata tajam dan kayu, jika kami membunuh dua orang Budha mereka akan membantai kami dan membunuh 200 orang dari kami. Ulama kami banyak dan menyerukan jihad, namun mereka pun  sudah habis dibunuh.

Apa yang  dunia lakukan buat Rohingya?
Dunia tidak berbuat apa-apa buat kami, tidak ada satu pun negara yang mau menolong kami. Mereka hanya melakukan pertemuan-pertemuan, setelah selesai, cerita habis, mereka pulang ke rumah dan melupakan kami. Rohingya tidak pernah dipikirkan.
57 negara kaum Muslimin satu pun tidak ada yang bisa bantu Rohingya, mereka menganggap kalau kami bukanlah urusan mereka. Padahal, umat Islam banyak. Kami sudah tidak tahan lagi, kami lari dan ditembak. Tidak ada tolong kami.

Muslim Rohingya dituduh pemberontak, pendapat Anda?
Itu tidak benar, kami melawan untuk menjaga hak-hak kami yang dirampas oleh mereka. Sekarang kami mau tinggal dimana? Sedangkan hak-hak kami telah diambil semua.[]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3849-muhammad-rofiq-muslim-rohingya-kami-mau-tinggal-di-mana-sedangkan-hak-kami-sudah-dirampas.html

Kapan Indo kaya?? Freeport masih ditangan Asing?!?!



Belum habis masa kontraknya, Freeport telah siap memperpanjangnya lagi.

PT Freeport Indonesia sudah mengambil ancang-ancang untuk memperpanjang kontrak eksplorasinya di pertambangan tembaga dan emas Timika, Papua hingga tahun 2041.

Padahal kontrak karya yang telah berjalan selama ini baru habis kontraknya hingga tahun 2021. Apa yang diinginkan Freeport?
Menurut, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rozik B. Soetjipto, pihaknya sudah merencanakan investasi sebesar 16,9 milyar dollar AS untuk kelanjutan operasional perusahaan hingga 2041 nanti. Rinciannya, sebanyak 9,8 milyar dolar AS investasi pada periode 2012 hingga 2021 dan sebanyak 7,1 milyar dolar AS untuk investasi dari 2021 hingga 2041.

Investasi sebanyak itu, menurutnya, untuk menyiapkan kegiatan pertambangan bawah tanah (underground) yang sudah mulai dilakukan Freeport sejak tahun 2008 lalu. Dia mengakui masa depan Freeport Indonesia ini memang mengandalkan pertambangan bawah tanah.

Saat ini, jelasnya, 60 persen produksi biji (ore) perusahaan masih berasal dari tambang permukaan yaitu Grasberg Open Pit. Namun, saat ini cadangan di pertambangan permukaan ini sudah memasuki fase habis. Sehingga, diperkirakan pada tahun 2017-2018, kontribusi dari pertambangan permukaan ini akan makin mengecil. Karenanya, upaya mereka sekarang ini adalah melakukan investasi untuk mempersiapkan tambang bawah tanah. Maka karena itulah, Freeport sangat berkepentingan kontrak kerja samanya diperpanjang 2x10 tahun lagi dari 2021 atau hingga 2041.

Namun sayangnya, eksplorasi yang jorjoran yang dilakukan PT Freeport Indonesia berbanding terbalik dengan kesejahteraan yang didapatkan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Papua yang sangat jauh tertinggal. Kemana kekayaan alam bumi cendrawasi tersebut?

Menurut Anggota Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ishak kekayaan sumber daya alam Indonesia tersebut tidak lain karena telah dirampok oleh Freeport.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia ini menjelaskan berdasarkan Laporan Tahunan Freeport McMoran tahun 2011, produksi emas perusahaan tersebut yang berasal dari PT Freeport Indonesia (PTFI) sebanyak, 36 ton atau 92 persen dari total produksinya di seluruh dunia. Sementara untuk tembaga mencapai 384 ribu ton atau 23 persen dari total produksi perusahaan tersebut.

Sedangkan, menurutnya, pada tahun 2009 dan 2010 produksi emasnya saja masing-masing sebesar 72 ton dan 50  ton emas. Sekadar tambahan biaya produksi tembaga Freeport sangat rendah yakni hanya lima persen (U$0,2) saja dari harga jualnya (U$3,85). Jadi sangat menguntungkan!

"Pada tahun 2011 pendapatan PTFI di Indonesia setelah pajak sebesar US$1,7 milyar atau sekitar Rp 15 triliun dan pada 2010 sebesar US$ 2,4 milyar atau sekitar Rp 21 trilyun," paparnya.

Adapun rencana perpanjangan kontrak hingga 2041, Ishak menjelaskan itu terkait dengan potensi cadangan produksinya di Papua. Cadangan emas PTFI masih sebesar 913 ton. Sementara cadangan tembaganya sebanyak 15,8 juta ton. Dengan kata lain, dengan asumsi produksi yang sama dengan 2011, maka emas di Papua baru habis 25 tahun lagi (tahun 2037). Sementara tembaganya baru habis 41 tahun lagi (tahun 2053).
"Artinya perpanjangan kontrak tersebut memang bertujuan untuk mengeruk habis potensi cadangan yang ada saat ini," imbuhnya.

Ia menegaskan, jika pemerintah membiarkan perpanjangan kontrak dengan perusahaan tersebut maka rakyat akan mengalami banyak kerugian. Bukan hanya kerugian finansial dan lingkungan tapi juga akan menambah dosa pemerintah di hadapan Allah SWT.

Menurutnya, dalam pandangan Islam, tambang emas di Papua masuk dalam kategori barang milik umum yang wajib dikuasai oleh negara. Tapi selama pemerintah masih mengacu pada sistem yang sangat kapitalistik dan tetap loyal pada Amerika Serikat maka selama itu pula Freeport masih akan terus merampok Indonesia.

Sepatutnyalah syariah dan khilafah menjaga kekayaan alam di Indonesia agar dapat memberikan keberkahan bagi rakyatnya. "Tidak seperti saat ini yang justru menjadi kutukan," tegasnya.[fatih mujahid]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3850-freeport-tak-mau-hengkang.html

Genosida Baru Terhadap Kaum Muslim di Assam India


Dengan didengar dan disaksikan dunia, kaum Muslim dibantai dan dijadikan obyek kejahatan yang paling keji, namun tidak seorang pun yang bergerak untuk menolongnya. Mereka itulah umat Budha ketika tangan mereka belum kering dengan darah kaum Muslim yang mereka bantai di Burma, kini tangan mereka dikotori kembali dengan darah kaum Muslim, namun kali ini yang mereka bantai bukan lagi kaum Muslim Burma, melainkan kaum Muslim India di wilayah Assam, dimana orang-orang bersenjata dari suku-suku Budha menyerang sebuah perkampungan Muslim, sehingga tidak sedikit dari kaum Muslim yang meninggal dan terluka.

Sebagaimana awal dari pembersihan etnis di Burma, tampaknya umat Budhis menggunakan strategi yang sama untuk membenarkan sebagian besar serangannya. Mereka mengklaim bahwa serangan itu dilakukan karena ada kenyakinan bahwa kaum Muslim telah melakukan kejahatan dengan membunuh empat orang pemuda Budha. Hal ini sama dengan isu yang beredar pada awal peristiwa Burma bahwa peristiwa itu terjadi menyusul keyakinan warga Budha bahwa serangan Muslim telah menyerang dan memperkosa seorang gadis Budha.

Milisi Budha dan Hindu terdapat di wilayah Assam, India, yaitu perbatasan yang dekat dengan Burma. Wilayah itu terkenal sebagai surga bagi milisi kafir untuk melakukan pembantaian terhadap kaum Muslim di Assam, sehingga puluhan kaum Muslim meninggal, dan melukai 400 Muslim lainnya, menurut data awal. Sementara lebih dari 50 ribu kaum Muslim mengungsi ke sejumlah daerah pedalaman India dan ke kamp-kamp bantuan untuk menghindari konfrontasi setelah 500 desa dibakar.

Tidak hanya itu saja, bahkan otoritas resmi ikut berpartisipasi dalam pembersihan etnis, di mana personil kepolisian melakukan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menembaki para peserta aksi protes yang digelar oleh kaum Muslim di sana. Sementara organisasi Islam terbesar di India, All India Muslim Majlis-e Mushawarat (AIMMM) menegaskan bahwa kaum Muslim di wilayah Assam tengah menghadapi kampanye pembersihan etnis oleh militan Bodo. Dikatakan bahwa pihaknya telah mengirim misi pencari fakta tentang sejumlah aksi kekerasan sektarian yang terjadi selama beberapa hari terakhir, yang menewaskan puluhan orang, dan puluhan ribu lagi mengungsi.

Sedangkan, organisasi Islam yang berada di bawah payung organisasi-organisasi Islam di India lainnya mengatakan bahwa “Misi pencari fakta yang pergi ke wilayah Assam, terdiri dari para perwakilan organisasi-organisasi Islam, dalam sebuah kunjungan yang berlangsung empat hari, dimana mereka juga terlibat dalam upaya bantuan di wilayah itu.” Dikatakan pula bahwa “Delegasi itu akan mengunjungi kamp-kamp pengungsi di daerah Kokrajhar yang berdekatan dengan wilayah Assam, yaitu wilayah yang menjadi tempat terjadinya aksi-aksi kekerasan sektarian selama beberapa hari terakhir.”

Menurut Human Rights Watch bahwa kampanye pembersihan etnis yang dilakukan oleh kelompok militan Bodo terhadap kaum Muslim di wilayah Assam, India  telah menyebabkan lebih dari 45 orang Muslim meninggal, dan sekitar 300 ribu orang Muslim lainnya terusir. Mengacu pada kebijakan pemerintah India bahwa “Pemerintahan India menerapkan kebijakan (tembak di tempat) untuk setiap orang yang terlihat berjalan saat diberlakukannya jam malam di daerah itu. Kebijakan inilah yang memberi lampu hijau pada pasukan keamanan untuk menggunakan senjatanya pada saat yang tidak perlu dan ilegal.”

Di sisi lain, Human Rights Watch yang berkantor pusat di New York menyerukan kepada pemerintah India untuk melakukan investigasi atas sejumlah aksi kekerasan dan menuntut mereka yang bertanggung jawab, dengan mencari penyebab di balik bentrokan etnis tersebut. Human Rights Watch menegaskan bahwa pasukan keamanan harus konsisten dengan standar internasional, yang melarang penggunaan kekuatan mematikan, kecuali ketika benar-benar diperlukan untuk melindungi diri.”

Namun, yang lebih buruk dari semua ini adalah diam dan bisunya dunia terhadap pembantaian yang dilakukan terhadap kaum Muslim di daerah ini. Akibatnya, ratusan atau bahkan ribuan kaum Muslim meninggal, dimana tidak ada seorang pun yang tergerak dan meresponnya. Sebaliknya dunia geger dengan penghancuran beberapa patung di Tunisia atau Timbuktu di Mali. Mengapa? Sebab, mereka memiliki sejumlah aturan jika yang menjadi korbannya adalah kaum Muslim.

Perlu diketahui bahwa wilayah Assam, India, terletak di timur laut negara itu, berbatasan dengan negara Bhutan di sebelah barat laut, dan dua perbatasan internasional dengan Bangladesh di bagian barat dan barat daya. Pada tanggal 27 Februari 2006, pemerintah Assam mengajukan penggantian nama menjadi Asom dan setelah disetujui kini dipakai sebagai nama resmi. Sementara dari bagian timur tidak dipisahkan dari Burma, kecuali oleh duan wilayah yaitu Nagaland dan Manipur. Jumlah kaum Muslim di Assam sekitar 31% dari total penduduk wilayah itu. Assam adalah wilayah India nomor  dua dalam hal jumlah kaum Muslim setelah Jammu dan Kashmir. Jumlah total kaum Muslim di India sekitar delapan setengah juta jiwa.[islamtoday]

sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3853-genosida-baru-terhadap-kaum-muslim-di-assam-india.html

Kronologis Sejarah Penderitaan Muslim Rohingya






Arakan,  wilayah di mana mayoritas Muslim Rohingya tinggal, sudah ada bahkan sebelum Negara Burma lahir setelah diberi kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1948. Kaum Muslimin di sana telah berabad-abad tinggal sebagai kesultanan Islam yang merdeka. Justru yang terjadi adalah penjajahan oleh kerajaan Budha dan Kolonial Inggris di negara itu.
Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam masuk ke negeri itu tahun 877 M pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Saat itu Daulah al-Khilafah menjadi negara terbesar di dunia selama beberapa abad.  Islam mulai menyebar di seluruh Birma ketika mereka melihat kebesaran, kebenaran, dan keadilannya.

Kaum Muslimin memerintah propinsi Arakan lebih dari tiga setengah abad antara tahun 1430 hingga tahun 1784 M.  Penderitaan Muslim di sana mulai terjadi saat penjajah kerajaan Budha maupun kolonialis Inggris menjajah negeri itu. Berikut tahun-tahun penting penderitaan Muslim Rohingya.

1784 M : Kerajaan  Budha berkoalisi menyerang provinsi dan menduduki wilayah Arakan. Mereka menghidupkan kerusakan di provinsi tersebut.  Mereka membunuh kaum Muslimin,  membunuh para ulama kaum Muslimin dan para dai. Mereka juga  merampok kekayaan kaum Muslimin, menghancurkan bangunan-bangunan islami baik berupa masjid maupun sekolah.  Hal itu karena kedengkian mereka dan fanatisme mereka terhadap kejahiliyahan budhisme mereka.

1824 M : Inggris menduduki Burma termasuk wilayah Arakan dan menancapkan penjajahan mereka atas Birma.

1937 : Kolonial Inggris menduduki provinsi Arakan dengan kekerasan dan menggabungkannya ke Burma (yang saat itu merupakan koloni Inggris yang terpisah dari pemerintah Inggris di India). Untuk menundukkan kaum Muslim agar bisa dikuasai dan dijajah, Inggris mempersenjatai umat Budha.

1942 : lebih dari 100 ribu Muslim dibantai oleh orang-orang Budha dan ratusan ribu mengungsi ke luar negeri.

1948 M : Inggris memberi Birma kemerdekaan formalistik.  Sebelumnya, pada 1947 M Inggris menggelar konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan dan mengajak seluruh kelompok dan ras di negeri tersebut kecuali Muslim Rohingya. Pada konferensi itu Inggris menetapkan menjanjikan kemerdekaan kepada tiap kelompok atau suku sepuluh tahun kemudian. Namun pemerintahan Birma tidak mengimplementasikan hal itu.  Yang terjadi adalah penindasan terhadap kaum Muslimin yang terus berlanjut.

1962 : terjadi kudeta militer di Burma di bawah pimpinan militer Jenderal Ne Win. Rezim militer melanjutkan ‘tugas penting’ pembantaian terhadap umat Islam. Lebih dari 300 ribu Muslim diusir ke Bangladesh.

1978 : rezim militer mengusir lagi setengah juta Muslim ke luar Birma. Menurut UNHCR, lebih dari 40 ribu orang Muslim terdiri atas orang-orang tua, wanita dan anak-anak meninggal dunia saat pengusiran akibat kondisi mereka yang memprihatinkan.

1982 : operasi penghapusan kebangsaan kaum Muslim karena dinilainya sebagai warga negara bukan asli Burma.

1988 M : lebih dari 150 ribu kaum Muslimin terpaksa mengungsi ke luar negeri. Pemerintah Myanmar menghalangi anak-anak kaum Muslimin mendapatkan pendidikan. Untuk mengurangi populasi, kaum Muslim dilarang menikah sebelum berusia tiga puluh tahun.

1991 :  lebih dari setengah juta kaum Muslim mengungsi akibat penindasan yang mereka alami.

2012 : Pada bulan Juni  orang-orang Budha melakukan serangan terhadap sebuah bus yang mengangkut Muslim dan membunuh sembilan orang dari mereka.  Konflik cenderung dibiarkan oleh pemerintah.

Pembunuhan, pembakaran rumah, dan pengusiran terjadi. Puluhan ribu kaum Muslimin keluar dari rumah mereka.  Bangladesh menolak untuk membantu kaum Muslim yang tiba di Bangladesh. Negara ini bahkan mengembalikan  dan menutup perbatasan untuk saudara Muslimnya. Tidak ada angka yang pasti jumlah korban Muslim, namun diduga puluhan ribu Muslim terbunuh pasca pecahnya kembali konflik pada awal Juni 2012.

Keamanan tidak akan kembali menjadi milik kaum Muslimin di negeri tersebut kecuali jika tidak kembali kepada Khilafah.  Mereka telah bernaung di bawah Khilafah sejak masa Khalifah Harun ar-Rasyid lebih dari tiga setengah abad lamanya. Jadi Khilafah sajalah yang memberikan kepada mereka keamanan dan menyebarkan kebaikan di seluruh dunia.  Semoga Khilafah sudah dekat keberadaannya, atas izin Allah.(Mediaumat.com/ FW dari berbagai sumber)

Kesultanan Arakan
Jumlah Muslim di Myanmar paling besar dibandingkan Filipina dan Thailand, jumlahnya sekitar 7 juta hingga 10 juta jiwa. Setengah dari jumlah Muslim Myanmar tersebut berasal dari Arakan, suatu provinsi di barat laut Myanmar. Di sebelah utara, wilayah Arakan mempunyai perbatasan dengan Bangladesh sepanjang 170 km; di sebelah Barat berbatasan dengan pantai yakni Laut Andaman.

Semula Arakan bernama Rohang. Masyarakatnya disebut Rohingya. Pada 1430 Rohingya menjadi kesultanan Islam yang didirikan oleh Sultan Sulaiman Syah dengan bantuan masyarakat Muslim di Bengal (sekarang Bangladesh). Kemudian nama Rohingya diganti menjadi Arakan (bentuk jamak dari kata arab ‘rukun’ yang berarti tiang/pokok) untuk menegaskan identitas keislaman mereka.
Islam mulai datang ke negeri Burma ini di mulai sejak awal hadirnya Islam, yakni abad ke-7. Saat itu daerah Arakan telah banyak disinggahi oleh para pedagang Arab. Arakan merupakan tempat terkenal bagi para pelaut Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka melalui jalur darat dan laut.

Pendatang tersebut banyak yang tinggal di Arakan dan bercampur dengan penduduk setempat. Percampuran suku tersebut terbentuk suku baru, yaitu suku Rohingya. Oleh karena itu, Muslim Rohingya yang menetap di Arakan sudah ada sejak abad ke-7.

Para pedagang yang singgah di pantai pesisir Burma mulai menggunakan pesisir pantai dari Negara Burma (Myanmar) sebagai pusat persinggahan dan juga dapat dijadikan sebagai sebuah tempat reparasi kapal.
Dapat diketahui bahwa Islam mulai masuk ke Burma di bawa oleh para pedagang Muslim yang singgah di pesisir pantai Burma. Pada masa kekuasaan perdagangan Muslim di Asia Tenggara mencapai puncaknya, hingga sekitar abad ke-17, kota-kota di pesisir Burma, lewat koneksi kaum Muslim, masuk ke dalam jaringan dagang kaum Muslim yang lebih luas.

Mereka tidak hanya aktif di bidang perdagangan, melainkan juga dalam pembuatan dan perawatan kapal. Suatu ketika di abad ke-17 sebagian besar provinsi yang terletak di jalur perdagangan dari Mergui sampai Ayutthaya praktis dipimpin oleh gubernur Muslim dengan para administrator tingginya, yang juga Muslim.

[Fika M. Komara]
sumber: http://mediaumat.com/headline-news/3854-kronologis-sejarah-penderitaan-muslim-rohingya.html