Selasa, 31 Desember 2013

Muslim Ikut Natal, Fatal


“Akidah bisa cacat karena sudah ikut dalam membenarkan sesuatu yang diharamkan oleh akidah Islam.”
Kalau orang Kristen ditanya, “Siapa Yesus?” Pasti mereka menyebut anak Tuhan. Dan, Natal merupakan perayaan terhadap kelahiran anak Tuhan. Meski, ada perbedaan di antara mereka tentang tanggal kelahirannya, mereka memiliki kesamaan keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan.
Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MUIMI) Bachtiar Nashir menegaskan, Natal itu sudah masuk ke wilayah ritual ibadah dan itu berarti sudah menyangkut dalam ranah akidah. Karenanya, salah kalau menganggap perayaan Natal sebagai perayaan biasa bagi semua kalangan. “Akidah bisa cacat karena sudah ikut dalam membenarkan sesuatu yang diharamkan oleh akidah Islam,” tandasnya.
Fatwa MUI tentang Perayaan Natal Bersama tertanggal 1 Jumadil Awwal 1401 H/ 7 Maret 1981 menegaskan bahwa perayaan Natal tidak bisa dipisahkan dari ajaran Kristen yakni Trinitas. Perayaan itu sendiri bukan merayakan kelahiran Isa as, tetapi kelahiran Tuhan.
Dari sisi akidah Islam, ajaran Trinitas bertentangan dengan akidah. Berdasarkan QS Al Maidah:72-73; At Taubah:30, Barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.
Janggal
Ketua Umum Lembaga Kristologi Indonesia Zhahir Khan menjelaskan, Yesus atau Nabi Isa as sendiri tidak tahu menahu sama sekali dengan Natal atau agama Kristen. Menurutnya, agama Kristen dibuat dan disebarkan oleh Paulus, bukan Yesus.
Ia kemudian mengutip sejarawan Yahudi bernama Max I Dimont. Dalam bukunya The Indestructible Jews halaman 227, disebutkan orang tidak boleh lupa bahwa Yesus itu tidak pernah beragama Kristen. Kata “Kristen” pertama kali dipakai di Kota Antiokia, Yunani, sekitar tahun 50 Masehi oleh Paulus.
Alasan lain? Yesus sendiri berbahasa Aramik bukan bahasa Yunani. “Dari situ saja sudah terlihat ajaran Kristen tidak benar,” tandasnya. Ia kemudian mengaitkan dengan firman Allah dalam Alquran bahwa Allah mengutus Nabi sesuai dengan bahasa tempat Nabi tersebut diutus. Bahasa Yunani adalah bahasanya Paulus.
Ia melanjutkan, hari Minggu, 25 Desember itu bukan hari dan tanggal kelahiran Yesus tetapi hari dan tanggal kelahiran Dewa Matahari. Karena itu dalam bahasa Inggris, hari Minggu itu disebut sebagai Sunday (sun=matahari, day=hari) atau day of god of sun, hari Dewa Matahari. Dalam bahasa Jerman Sunday berarti Sonntag (sonne=matahari, tag=hari). Bahasa Belanda juga sama zondag (zon=matahari, dag=hari). “Karena asal usulnya satu dari Yunani kemudian diterjemahkan ke bahasa-bahasa Barat,” jelasnya.
Kristolog Abu Deedat Syihabuddin menambahkan, pohon Natal yang di atasnya ada bintang-bintang dan di bawahnya salju, juga salah besar. “Kan tidak mungkin bintang dan salju bisa terlihat bersamaan. Karena salju munculnya bukan pada musim panas tetapi musim dingin,” paparnya.
Ia menegaskan bahwa itu memang bukan tradisi awal Kristen tetapi tradisi kafir pagan. Karena kaum pagan mengaitkan pohon cemara tersebut dengan penyembahan pada Dewa Matahari. Itu merupakan simbol bergantinya matahari tua yang ditandai dengan musim dingin akan diganti dengan matahari baru yang ditandai dengan musim panas.
Kesalahan kaum Kristen ini semakin tegas, menurut Kristolog Irena Handono, setelah Paus Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative’ yang diluncurkan Rabu (21/11/2012). Ia membongkar beberapa fakta yang mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain, kalender Kristen salah. Perhitungan tentang kelahiran Yesus yang selama ini diyakini adalah keliru. Kemungkinan, Yesus dilahirkan antara tahun 6 SM dan 4 SM.
Selain itu, materi-materi yang muncul dalam tradisi perayaan Natal, seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya dalam kisah kelahiran Yesus, menurutnya, sebenarnya tidak ada. Alias hanya mengada-ada.
Sementara terkait Sinterklas atau Santa Klaus, ternyata itu juga bukan tradisi Kristen melainkan tradisi yang berkembang di Eropa yang kemudian diadopsi oleh gereja. Ada yang menyebut itu dari St. Nicholas dari Myra (di Turki), 280 SM. Ia adalah seorang kaya yang menjual seluruh hartanya menolong orang banyak. Ia menjadi pelindung anak-anak dan pelaut. Hari rayanya dirayakan pada tanggal 6 Desember. Di Belanda, tradisi Sinterklas dirayakan di malam hari tanggal 5 Desember di mana seluruh keluarga berkumpul dan merayakannnya dengan memberikan hadiah kejutan (surprise), diiringi pembacaan puisi yang biasanya isinya penuh humor.
Di Jerman dan Swiss, dikenal Christkind atau Kris Kringle yang dipercai membawa hadiah bagi anak-anak yang berkelakuan baik. Di Skandinavia, ada peri riang yang bernama Jultomten yang mengantarkan hadiah Natal dengan kereta yang ditarik kambing. Di Itali ada cerita yang sama, yaitu La Befana. Ia adalah seorang penyihir ramah yang mengendarai sapu terbang. Ia masuk ke cerobong asap di rumah-rumah untuk mengantarkan mainan ke dalam kaus kaki anak-anak yang beruntung mendapatkan hadiah.